Assalamualaikum. ;) ya mar’atul jannah.
sudah lama tidak meninggalkan penulisan di sini. mungkin ini permulaan kepada peringatan untuk kita, bertanya kembali kepada diri kita dengan tujuan kehidupan kita. Fuhhh.
Sesudah menghabiskan pembacaan buku ‘saksikan bahwa aku seorang muslim’ karya salim a.fillah. saya juga sepertinya ingin berlari lalu berteriak ‘saksikan bahwa aku seorang muslim’ ha ha. saya cukup sangat terkesan saat mas salim menceritakan tentang tetangga nya. subhanaAllah itu masyarakat muslim…! Saat menghayatinya kita rasa roh kte sedang merindukannya, kan mereka saling bersaudara di alam roh dahulu. subhanAllah… dan Malaysia insyaAllah coming soon kan kan kan. ;)
Itu lah guna nya pembinaan individu-individu muslim. Seperti katanya pak abbas as-sisi dalam at-thariq ilal qulub:
‘Individu adalah komponen terkecil penyusun masyarakat, dia memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu sendiri. Oleh kerana itu, yang menjadi tonggak dalam gerakan kita adalah individu, kemudian keluarga, dan akhirnya masyarakat. Maka perbaikilah dirimu terlebih dahulu, kemudian serulah orang lain ke jalan kebaikan. Kerana terwujudnya peribadi-peribadi yang benar-benar mukmin akan membuka banyak peluang untuk sukses. Inilah karakteristik Islam yang paling menonjol, iaitu pembentukan pribadi islami (takwin asy-syakhshiyab al-islamiyyah).' (halaman 10)
dan menelusuri kitab ini sehingga ke bahagian ‘rabbani’… perkataan itu begitu memaknai diri ini saat ini.
kalau dahulu zaman kanak-kanak dalam dnt ni, kita begitu sungguh sangat blur dengan perkataan rabbani, generasi rabbani, rabbaniyyah dan sebagainya yang seangkatan dengannya. sungguhpun dah banyak tulisan-tulisan syuyukh tentang rabbani kita membacanya, ia masih belum cukup untuk kita faham apa itu rabbani. kalau mahu menyanyikan lagu kumpulan rabbani boleh saja, tapi artinya nama group itu yang nggak mengerti juga. He he.
Kadang-kadang kelakar... Teringat dalam satu kelas. saya di beri tugas utk present tajuk ‘contextual learning’. Lalu saya langsung tidak faham apa itu perkataan context! terus masa presentation saya katakan pada lecturer, ‘sebenarnya saya tak faham apa itu context, maka nya saya cari-cari, dan baru saya faham’ ki ki ki. lecturer pun gelak ketawa berkata ‘mcmane ni perkataan context pun tak tahu’ ha ha ha. Ya lalu nya mahu buat bagaimana. sudah nggak tahu. memangnya begitu. kan sangat susah. satu perkataan tak faham, langsung satu teks itu tidak dapat dimengerti. kan.
tapi kan manusia tu belajar menjadi manusia bukan hanya dalam kelas di sekolah atau dalam kuliah di universiti. ‘student best learn by environment’. begitu kuliah-kuliah pendidikan mengajar saya. dan kan kita tahu ianya benar. mata kita dapat melihatnya kan? Dan diri kita dapat merasainya…
belajar dari kekeliruan dan kegagalan yang kita alami sendiri. bukankah kerap kita benar dalam pendirian tapi salah dalam perhitungan? kita juga kerap benar dalam prinsip tapi keliru dalam cara?
kan keliru itu datang karena kita telah berbuat. Jika kita tidak berbuat kita tidak akan tahu.
If you not try, then you will never know.!
ternyata kekeliruan dan kelemahan itu penting, untuk kita mengambil maknanya menyusun langkah yang lebih benar di masa datang.
kan dari kejatuhan lah kita belajar langsung tentang kesabaran dari air mata nya. tentang garis takdir. tentang syukur di lubuk hati yang terdalam. Dan kita lalu mula menghayati tiap pernyataan dan ikrar yang menggetar di lisan kita.
begitulah kita memahami arti rabbani ini dan belajar sedikit-demi-sedikit membina diri menjadi insan yang langsung berhubung dengan Allah, setelah sekian lama terjatuh-tersepak-batu-bangun-semula-dan-berlari di jalan DnT ini. Ia nya benar-benar akan memberi arti yang mendalam setelah kita sendiri merasakan keperluannya. Seperti kata-kata syeikh qutb saat berkata dalam muqaddimah fi zilal nya: Hidup di bawah bayangan al-Quran adalah suatu keni’matan yang tidak dapat diketahui melainkan hanya oleh mereka yang mengecapinya sahaja.
kalau dahulu zaman kanak-kanak dalam dnt ni, kita begitu sungguh sangat blur dengan perkataan rabbani, generasi rabbani, rabbaniyyah dan sebagainya yang seangkatan dengannya. sungguhpun dah banyak tulisan-tulisan syuyukh tentang rabbani kita membacanya, ia masih belum cukup untuk kita faham apa itu rabbani. kalau mahu menyanyikan lagu kumpulan rabbani boleh saja, tapi artinya nama group itu yang nggak mengerti juga. He he.
Kadang-kadang kelakar... Teringat dalam satu kelas. saya di beri tugas utk present tajuk ‘contextual learning’. Lalu saya langsung tidak faham apa itu perkataan context! terus masa presentation saya katakan pada lecturer, ‘sebenarnya saya tak faham apa itu context, maka nya saya cari-cari, dan baru saya faham’ ki ki ki. lecturer pun gelak ketawa berkata ‘mcmane ni perkataan context pun tak tahu’ ha ha ha. Ya lalu nya mahu buat bagaimana. sudah nggak tahu. memangnya begitu. kan sangat susah. satu perkataan tak faham, langsung satu teks itu tidak dapat dimengerti. kan.
tapi kan manusia tu belajar menjadi manusia bukan hanya dalam kelas di sekolah atau dalam kuliah di universiti. ‘student best learn by environment’. begitu kuliah-kuliah pendidikan mengajar saya. dan kan kita tahu ianya benar. mata kita dapat melihatnya kan? Dan diri kita dapat merasainya…
belajar dari kekeliruan dan kegagalan yang kita alami sendiri. bukankah kerap kita benar dalam pendirian tapi salah dalam perhitungan? kita juga kerap benar dalam prinsip tapi keliru dalam cara?
kan keliru itu datang karena kita telah berbuat. Jika kita tidak berbuat kita tidak akan tahu.
If you not try, then you will never know.!
ternyata kekeliruan dan kelemahan itu penting, untuk kita mengambil maknanya menyusun langkah yang lebih benar di masa datang.
kan dari kejatuhan lah kita belajar langsung tentang kesabaran dari air mata nya. tentang garis takdir. tentang syukur di lubuk hati yang terdalam. Dan kita lalu mula menghayati tiap pernyataan dan ikrar yang menggetar di lisan kita.
begitulah kita memahami arti rabbani ini dan belajar sedikit-demi-sedikit membina diri menjadi insan yang langsung berhubung dengan Allah, setelah sekian lama terjatuh-tersepak-batu-bangun-semula-dan-berlari di jalan DnT ini. Ia nya benar-benar akan memberi arti yang mendalam setelah kita sendiri merasakan keperluannya. Seperti kata-kata syeikh qutb saat berkata dalam muqaddimah fi zilal nya: Hidup di bawah bayangan al-Quran adalah suatu keni’matan yang tidak dapat diketahui melainkan hanya oleh mereka yang mengecapinya sahaja.
eh. kan masih jauh |
Alhamdulillah, thummaalhamdulillah, thummaalhamdulillah.
‘...tetapi hendaklah kalian menjadi orang-orang rabbani, di sebabkan kalian terus mengajarkan al kitab dan kalian senantiasa mempelajarinya’ (ali imran 79)
Petikan sedikit dari ucapan sheikh dr. Juma’ah amin, naib mursyidul am, ikhwanul muslimin dalam satu ceramah khas nya: berbicara tentang membina generasi rabbani.
‘Sirah nabawiyyah memperlihatkan bagaimana rasul saw mentarbiyah para sahabat supaya membina hubungan yang sebaiknya dengan Allah swt. dengan hati hati yang berhubungan dengan Allah ini maka para sahabat telah di himpun kan dengan kesatuan hati. Di mana jasad mereka di gunakan untuk qiamulail. seperti firman Allah dalam ibadurrahman. sesungguhnya Allah mencintai sifat-sifatNya itu menjadi amalan manusia dan sifat-sifat akhlak Allah itu di hayati oleh manusia. dan apa faedahnya mempunyai satu saf di mana saf itu penuh dengan hati yang rosak. apa ertinya sebuah saf yang airmatanya tidak mengalir kerana takutkan Allah taala. Dan apa gunanya senjata ada pada tangan-tangan yang tidak berwuduk.’ T_T
menjadi insan rabbani itu menuntut kita untuk menjadikan manhaj hidup kita ini sebagai manhaj yang mendapat redha Allah taala. seperti Imam Assyahid Hassan Albanna telah mengajarkan kepada kita supaya menjadikan rabbaniyyah itu sebagai sesuatu yang hidup dalam kehidupan kita dan ianya memerlukan mujahadah yang sesungguhnya. Mujahadah.
jalan DnT ini adalah sesuatu yang hidup. Dan ia nya tidak akan dapat dihidupkan kecuali dengan roh-roh yang di suburkan.
kan kesan tarbiyyah rabbaniyyah ini lah yang telah melahirkan rijal-rijal.
dalam sirah islam itu sendiri telah terlihatkan rijal-rijal yang berani menentang musuh-musuh. senjata tu, walau sehebat mana pun, bomb nuklear dan sebagainya, tapi kalau ia nya berada di tangan yang lemah jiwanya, penakut, pasti senjata itu tiada gunanya pada nya. Tapi jika jiwanya penuh berani, jasadnya rabbani, hatinya berhubung terus dengan Allah, hatta sebijik batu kecil pun yang ada di tangan, pasti dia mara menentang musuhnya, tidak akan takut. Itu lah apa yang dapat kita lihat juga pada saudara-saudara kita di palestina. SubhanaAllah.!
Ini artinya, kita adalah nothing without Allah... kita tak kan mampu kuat tanpa Allah... kita tak akan mampu membuka kelopak mata pun kalau bukan Allah yang mengizinkan. Allahuakbar. Ternyata kita bukan lah makhluk yang layak untuk hidup angkuh di muka bumi ini.!
Astaghfirullah al adhim.
Jum, sekurang-kurangnya perolehilah kemenangan awal dalam diri kita. Dengan menjadi hamba Allah.
wallahu'alam.
shah alam.
shah alam.
No comments:
Post a Comment